Mengutip
pidato Bung Karno pada Hari Pahlawan 10 November 1961 “Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”.
Sudah
sepatutnya kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus menghormati
jasa pahlawan kita. Tanpa mereka Indonesia tidak seperti sekarang ini. Mungkin
juga Indonesia hanya sebatas pulau Jawa. Negara Indonesia yang besar ini
dibangun diatas darah dan nyawa pahlawan kita dari berbagai daerah. Karena persamaan
nasib dijajah oleh bangsa lain mereka rela mengorbankan darah dan nyawa untuk
mencapai kemerdekaan. Pahlawan kita bukan saja berasal dari pulau Jawa, agama
tertentu, ras tertentu, dll. Semua sama-sama berjuang untuk mencapai
kemerdekaan. Perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk berjuang bersama-sama
tapi merupakan suatu kekuatan besar yang tak terkalahkan.
Kebetulan
saya bekerja di luar negeri jadi hanya bisa melihat wajah tanah air dari layar
kaca. Mencermati pemberitaan media akhir-akhir ini yang terjadi di Jakarta dan
beberapa daerah di Indonesia, ada kelompok tertentu yang berbuat seolah-olah
Indonesia itu cuma milik mereka. Hanya orang yang berhati kotor saja yang mau
menghancurkan Indonesia. Mereka tidak menghargai darah dan nyawa para pahlawan yang
telah dikorbankan untuk bangsa Indonesia. Mereka memaksakan kehendak untuk
kepentingan mereka sendiri. Bukankah lebih mulia kalau ada masalah diselesaikan
secara kekeluargaan atau kalau ada perbuatan melawan hukum diselesaikan secara hukum?
Tadi
saya sempat menonton film yang berjudul “Ketika Bung di
Ende”.
Dari
film di atas terlihat jelas bahwa perjuangan Bung Karno juga dibantu oleh orang
dari agama dan suku lain. Ada peran Riwu Ga dari suku sabu, ada etnis
Thionghoa, Arab, Ende (Flores), dll.
Jangan
lupa juga ada peran gereja Katolik dalam perjuangan Bung Karno. Sebagai orang interniran
(buangan) di pulau kecil
dan terpencil saat itu Bung Karno tidak bisa berbuat banyak tanpa mereka.
Misionaris
SVD dari Belanda seperti Pater Dr. Jan (Johanes) Bouma, SVD dan Pater Gerardus
Huijtink, SVD menjadi teman berbincang sekaligus lawan diskusi Bung Karno
selama masa pembuangan di Ende (14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938).
Kedua
pater itu juga merelakan gedung Imakulata untuk pentas sandiwara tonil
perjuangan kemerdekaan Indonesia dan tempat perpustakaan kepada Bung Karno
untuk membaca buku-buku dan surat kabar luar negeri tentang pergolakan politik
pada masa penjajahan. Pada pentas sandiwara tonil juga dinyanyikan lagu
Indonesia Raya yang sempat mendapat protes dari pemerintah Belanda (Residen
Ende). Karena SVD juga punya otoritas gereja, maka pemerintah Belanda tidak
bisa berbuat banyak.
Meskipun
tidak muncul ke permukaan, Bung Karno pasti tahu teman-teman dekatnya. Terbukti
saat berkunjung ke Ende sebagai Presiden RI Pertama tahun 1950 dan 1954, beliau
sempat bertemu dan berjabat tangan dengan Pater G. Huinthik, SVD dan para
pemain sandiwara tonil.
Mari
kita renungi makna kata-kata Bung Karno berikut ini:
"Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya.
Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat
Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia,
bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat
Indonesia, semua buat semua!"
"Negara Republik
Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama,
bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi
milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!"
Kesimpulan
saya : Negara
Kesatuan Republik Indonesia milik semua Rakyat Indonesia, bukan cuma milik
agama atau kelompok tertentu dan pihak-pihak yang berupaya menghancurkan NKRI
harus dibasmi. Kita harus meneruskan cita-cita pahlawan kita sesuai profesi dan
cara kita masing-masing demi kemajuan Nusa dan Bangsa.
Marilah
kita berdoa buat arwah para pahlawan kita, kiranya Tuhan Yang Maha Esa menerima
arwah mereka disisiNya.
Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa melindung dan memberkati pemerintah Indonesia dari pusat
sampai ke daerah-daerah sehingga NKRI tetap utuh dan damai menuju Indonesia yang lebih
baik dan bermartabat. Amin
Selamat
Hari Pahlawan
Sem comentários:
Enviar um comentário